cover
Contact Name
Rikha Widiaratih
Contact Email
ijoce@live.undip.ac.id
Phone
+6281310097666
Journal Mail Official
ijoce@live.undip.ac.id
Editorial Address
Jl. Prof. H. Soedarto, S.H, Tembalang, Kec. Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah 50275
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Indonesian Journal of Oceanography
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : 27148726     DOI : -
Indonesian Journal of Oceanography is published by Department of Oceanography, Universitas Diponegoro. The Indonesian Journal of Oceanography is published four times a year in February, May, August and November containing research articles and literature review on Oceanography and Marine aspects in general. Indonesian Journal of Oceanography (IJOCE) encourages submission of manuscripts dealing with all research papers and review on all aspects of oceanography, coastal management, marine science, marine biology, marine conservation, marine ecology, marine microbiology, marine culture, marine geology, air and ocean dynamics, estuary, renewable energy, disaster mitigation, ocean technology, ocean and coastal resources, ocean satellite, ocean remote sensing, other ocean topics.
Articles 12 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 1 (2023): Indonesian Journal of Oceanography" : 12 Documents clear
Hubungan Kecepatan Angin dengan Luasan Upwelling Intensitas Kuat di Perairan Selatan Jawa pada Kejadian La Nina, El Nino dan Normal Safitri Dwi Rahayu; Heryoso Setiyono; Elis Indrayanti
Indonesian Journal of Oceanography Vol 5, No 1 (2023): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijoce.v5i1.15634

Abstract

Fenomena upwelling yang terjadi di Perairan Selatan Jawa selain dipengaruhi oleh angin muson juga sangat dipengaruhi oleh ENSO (El Nino Southern Oscillation) dan IOD (Indian Dipole Mode). Penelitian ini mengkaji lebih jauh tentang hubungan kecepatan angin dan luasan upwelling intensitas kuat di Perairan Selatan Jawa selama kejadian La Nina tahun 2010, Normal Tahun 2013 dan  El Nino tahun 2015. Data yang digunakan meliputi data suhu permukaan laut (SPL) dan klorofil-a dari citra MODIS, data angin dari ASCAT. Peta variasi upwelling serta nilai luasannya diperoleh dari pengolahan ArcGIS dan nilai rata-rata kecepatan angin bulanan diolah dengan IDL. Daerah upwelling intensitas kuat yang terluas pada kejadian La Nina terjadi di bulan Agustus sebesar 1.952 km² dengan kecepatan angin rata-rata bulanan sebesar 6,96 m/s. Sedangkan pada kejadian Normal dan El Nino terjadi di bulan September sebesar 14.432 km² dan 29.120 km² dengan kecepatan angin rata-rata bulanannya sebesar 6,55 m/s dan sebesar 6,15 m/s. Hasil korelasi kecepatan angin dengan luasan upwelling menunjukkan korelasi yang cukup tinggi pada kondisi La Nina dan Normal dengan nilai korelasi sebesar 0,58 dan 0,54. Kecepatan angin tidak terlalu mempengaruhi luasan upwelling pada kondisi El Nino dengan nilai korelasi yang sangat rendah sebesar 0,06.Kata kunci: Luas upwelling, Angin Muson, Perairan Selatan Jawa, La Nina, El Nino Upwelling in the Southern Java waters is directly controlled by monsoon winds and is also strongly influenced by ENSO (El Nino Southern Oscillation) and IOD (Indian Dipole Mode).  This study examines the relationship between wind speed and the area of strong intensity upwelling in the waters of Southern Java during the 2010 La Nina, 2013 Normal, and 2015 El Nino events. The data used are Sea Surface Temperature (SST) and chlorophyll-a from Aqua Modis level 3, and wind data from ASCAT.  The area of strong intensity upwelling is obtained from ArcGIS processing and the average monthly wind speed is processed using IDL. The widest area of strong intensity upwelling during the La Nina event occurred in August at 1,952 km² with a monthly average wind speed of 6.96 m/s. Whereas Normal and El Nino events occurred in September at 14,432 km² and 29,120 km² with monthly average wind speeds of 6.55 m/s and 6.15 m/s. The correlation of wind speed and upwelling area showed a fairly high correlation in La Nina and Normal conditions with a correlation value of 0.58 and 0.54. Wind speed does not significantly affect the upwelling area during El Nino conditions with a very low correlation value of 0.06.Keywords: Upwelling area, Monsoon Wind, the Southern Java Waters, La Nina, El Nino
Estimasi Laju Pengendapan Sedimen di Perairan Muara Sungai Silugonggo Kabupaten Pati Natanael Agung Riyo Pambudi; Gentur Handoyo; Baskoro Rochaddi
Indonesian Journal of Oceanography Vol 5, No 1 (2023): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijoce.v5i1.15835

Abstract

Muara Sungai Silugonggo merupakan sungai yang berada di Kabupaten Pati yang bermuara di Laut Jawa. Muara Sungai Silugonggo menjadi daerah penting karena menjadi alur pelayaran bagi nelayan di TPI Bajomulyo yang berada di sekitar muara sungai. Masalah yang sering terjadi adalah sedimentasi di muara sungai yang menyebabkan pendangkalan dan mengganggu kegiatan nelayan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi arus dan laju sedimentasi di perairan muara Sungai Silugonggo. Penelitian menggunakan metode deskriptif dan lokasi pengambilan sampel ditentukan dengan metode purposive sampling, dengan jumalah 7 stasiun. Pengambilan data lapangan dilakukan pada tanggal 16 - 28 Mei 2022. Data primer berupa sampel sedimen, material suspensi, debit sungai, debit suspensi dan kecepatan arus, sedangkan data sekunder berupa data pasang surut dari BMKG Maritim Semarang. Hasil penelitian diperoleh nilai rerata laju pengendapan sedimen di perairan muara Sungai Silugonggo berkisar 0,965 kg/m2/hari sampai 1,121 kg/m2/hari. Laju pengendapan sedimen terkecil ditemukan daerah muara yang lebih menjorok ke laut dengan nilai 0,951 kg/m2/hari, sedangkan laju pengendapan sedimen terbesar ditemukan di mulut sungai dengan nilai 1,128 kg/m2/ hari. Jenis sedimen di lokasi penelitian didominasi oleh sedimen silt. Proses angkutan partikel sedimen terjadi secara suspensi yang pada akhirnya mengendap di dasar perairan ketika kecepatan aliran sungai melemah. Faktor yang mempengaruhi proses laju pengendapan sedimen di perairan muara sungai Silugonggo adalah, debit sungai, debit suspensi, pasang surut dan arus pasang surut.Kata kunci: Muara Sungai Silugonggo, Pendangkalan, Laju Pengendapan Sedimen The estuary of the Silugonggo River is a river in Pati Regency that empties into the Java Sea. The mouth of the Silugonggo River is an important area because it is a shipping channel for fishermen at TPI Bajomulyo, which is around the river mouth. The problem that often occurs is sedimentation at the mouth of the river, which causes siltation and disrupts fishing activities. This study aims to determine current conditions and sedimentation rates in the waters of the Silugonggo River estuary. The research used the descriptive method, and the sampling location was determined by the purposive sampling method, with a total of 7 stations. Field data collection was carried out on May 16–28, 2022. Primary data consisted of sediment samples, suspension material, river discharge, suspended discharge, and current velocity, while secondary data consisted of tidal data from the Semarang Maritime BMKG. The results showed that the average rate of sediment deposition in the waters of the Silugonggo River estuary ranged from 0.965 kg/m2/day to 1.121 kg/m2/day. The smallest sediment deposition rate was found in the estuary, which was more indented into the sea, with a value of 0.951 kg/m2/day, while the highest sediment deposition rate was found in the mouth of the river with a value of 1.128 kg/m2/day. The type of sediment in the study site is dominated by silt sediments. The process of transporting sediment particles occurs in suspension, which eventually settles to the bottom of the water when the river flow velocity weakens. Factors that influence the rate of sediment deposition in the estuary of the Silugonggo River are river discharge, suspension discharge, tides, and tidal currents.Keywords: Silugonggo River Estuary, Shallowing, Sediment Deposition Rate
Analisis ENSO terhadap Variabilitas Kedalaman Mixed Layer di Laut Maluku Adinda Rizki Amalia; Anindya Wirasatriya; Rikha Widiaratih
Indonesian Journal of Oceanography Vol 5, No 1 (2023): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijoce.v5i1.15697

Abstract

Kondisi oseanografi di perairan Maluku dipengaruhi oleh variabilitas iklim ENSO salah satunya adalah kedalaman mixed layer. Menggunakan data satelit observasi dan data model untuk mengetahui kondisi angin, suhu permukaan laut dan kedalaman mixed layer tebal jangka waktu 10 tahun, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ENSO terhadap ketebaln mixed layer di perairan Maluku. Dengan mengginakan data kedalaman mixed layer dari Marine Copernicus, kami menemukan bahwa saat periode El-Niño (2015/2016) pada wilayah upwelling mengalami penipisan sebesar 2 meter sedangkan pada wilayah yang tidak terjadi upwelling mengalami penebalan sebesar 1- 2 meter. Saat periode La-Niña (2010/2011) tidak mengalami upwelling sehingga perairan ini mengalami penipisan hingga 7 meter pada seluruh perairan Maluku. Fenomena ini sangat berkaitan dengan kondisi angin di perairan Maluku.Kata kunci: ENSO, Suhu Permukaan Laut, Angin, Kedalaman Mixed Layer dan Perairan Maluku Oceanographic conditions in Maluku Seas are influenced by ENSO climate variability, one of which is the mixed layer depth. Using satellite observation and model data to determine wind, sea surface temperature and mixed layer depth condition in a period 10 years, this study aims to determine the influence of ENSO on the mixed layer depth in Maluku Seas. Using mixed layer depth data from Marine Copernicus, we found that during the El-Niño (2015/2016) the upwelling area experienced a shallower 2 meters while in the area that did not occur upwelling experienced a deeper 1-2 meters. During the La-Niña  (2010/2011) there was no upwelling so that these seas experienced shallower up to 7 meters in Maluku Seas. This phenomenon is clearly related to wind conditions in the  Maluku Seas.Keywords: ENSO, Sea Surface Temperature, Mixed Layer Depth, Winds, and Maluku Seas
Studi Karakteristik Geospasial Daerah Senyap (Shadow Zone) Menggunakan Pendekatan MMPE (Monterrey-Miami Parabolic Equation) di Perairan Selat Sunda Bagian Selatan Khalif Keninggan; Muhammad Helmi; Azis Rifai
Indonesian Journal of Oceanography Vol 5, No 1 (2023): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijoce.v5i1.16235

Abstract

Selat Sunda merupakan selat yang berada di dalam ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) dimana kapal selam bebas melewatinya. Pada Selat Sunda terdapat daerah senyap, yaitu daerah bawah air yang tidak dapat dilalui gelombang suara. Sehingga Selat Sunda memiliki posisi strategis dalam segi militer dan keamanan negara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan daerah senyap dan karakteristik geospasialnya di perairan. Penelitian ini menggunakan metode MMPE (Monterrey-Miami Parabolic Equation) dengan data input berupa batimetri dan jenis sedimen.  Data karakteristik termoklin dan haloklin sebagai validasi. Metode MMPE menghasilkan data dan informasi visual propagasi gelombang suara di dalam kolom perairan yang dapat diinterpretasikan sebagai daerah senyap. Riset ini menunjukkan daerah senyap di Selat Sunda bagian selatan berada di kedalaman 50-200 m dan panjang bervariasi dari 20-55 km dengan luas 265.2 hektar. Keberadaan daerah senyap sesuai dengan kedalaman termoklin yaitu 50-200 meter dan kedalaman dari haloklin yaitu 30-150 meter.Kata kunci: Shadow zone, sonar, geospasial, MMPE, Selat Sunda The Sunda Strait is located within Indonesia Archipelago Sea Channel, where submarines are free to pass through. The Sunda Strait has a shadow zone, which is an underwater area where sound waves cannot propagate. So that the Sunda Strait has a strategic position in terms of military and state security. This research aims to determine geospatial characteristics of shadow zone in Sunda strait. The MMPE (Monterrey-Miami Parabolic Equation) method uses bathymetry and sediment type as inputs of the program. The Characteristics of thermocline and halocline were used to validated f the results. The MMPE method provides visual information of underwater wave propagation, which is interpreted as a shadow zone. The results showed that using 5000hz frequency and 150 m sound source depth has provided the best information about the shadow zone. This research showed that the shadow zone waslocated at a depth  ranged from 50  to 200 m and has a length that varies from 20-55 km with area wide 265,2 ha. The results also showed that the characteristics of the shadow zone directly influenced by the bathymetric condition of Sunda Strait . The location of the shadow zone corresponds to the depth of thermocline, which was 50-200 m and the depth of halocline, which was 30-150 m. It can be concluded that thermocline and halocline can  affect the depth of the shadow zone  and the characteristic as well.Keywords: Shadow Zone, Sonar, Geospatial, MMPE, Sunda Strait
Perubahan Ketebalan Lapisan Termoklin akibat Variabilitas Iklim ENSO dan IOD di Perairan Selat Bali Georgina Faulia Rachman; Anindya Wirasatriya; Heryoso Setiyono
Indonesian Journal of Oceanography Vol 5, No 1 (2023): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijoce.v5i1.15968

Abstract

Selat Bali merupakan perairan semi tertutup yang menghubungkan Laut Bali di bagian utara dan Samudera Hindia di bagian selatan. Perairan ini juga memisahkan Pulau Jawa di sisi barat dan Pulau Bali di sisi timur. Lapisan termoklin merupakan lapisan perairan laut yang dicirikan terjadi penurunan temperatur yang cepat terhadap kedalaman. Kedalaman termoklin merupakan parameter fisis lautan yang letaknya bisa berubah-ubah secara vertikal. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengkaji lapisan termoklin yang terdapat di selat Bali dan melihat terdapatnya pengaruh dari variabilitas iklim ENSO dan IOD dengan menggunakan data angin, ONI, DMI dan vertikal temperatur dalam jangka waktu 11 tahun (2010-2020). Ditemukan lapisan termoklin pada bagian utara dan selatan di perairan Selat Bali dengan hasil ketebalan saat kondisi La Niña (2011) sebesar 119,5m, El Niño (2016) sebesar 50m, IOD (+) 2017 sebesar 100,5m dan IOD (-) 2019 sebesar 150,2m pada bagian utara. Sedangkan bagian selatan saat kondisi La Niña (2011) sebesar 190,5m, El Niño (2016) sebesar 19,5m, IOD (+) 2017 sebesar 106,5m dan IOD (-) 2019 sebesar 90,5m. Pada tahun 2016 terjadi peristiwa pendangkalan pada batas bawah di bagian selatan. Peristiwa ini disebabkan karena menguatnya arus lintas Indonesia yang diduga menekan batas atas sehingga lapisan tersebut mengalami pendalaman.Kata kunci: Perairan Selat Bali, Lapisan Termoklin, ENSO dan IOD The Bali Strait is a semi-enclosed water that connects the Bali Sea in the north and the Indian Ocean in the south. These waters also separate the island of Java on the west side and the island of Bali on the east side. The thermocline layer is a layer of marine waters which is characterized by a rapid decrease in temperature with depth. The depth of the thermocline is a physical parameter of the ocean whose location can vary vertically. This study aims to examine the thermocline layer in the Bali strait and see the influence of ENSO and IOD climate variability using wind, ONI, DMI and vertical temperature data for a period of 11 years (2010-2020). Thermocline layers were found in the northern and southern parts of the waters of the Bali Strait with thickness results under La Nia (2011) conditions of 119.5m, El (2016) of 50m, IOD (+) 2017 of 100.5m and IOD (-) 2019 of 150.2m in the north. While the southern part during La Nia (2011) conditions was 190.5m, El Niño (2016) was 19.5m, IOD (+) 2017 was 106.5m and IOD (-) 2019 was 90.5m. In 2016 there was a silting event at the lower boundary in the southern part. This incident was caused by the strengthening of Indonesian traffic flow, which allegedly suppressed the upper boundary so that the layer was deepened.Keywords: Bali Strait Waters, Thermocline Layers, ENSO and IOD
Sebaran Ukuran Butir Sedimen di Muara Sungai Sragi Baru-Wonokerto, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Varrent Rivai Aclicyo Lahopang; Sugeng Widada; Warsito Atmodjo
Indonesian Journal of Oceanography Vol 5, No 1 (2023): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijoce.v5i1.15628

Abstract

Pekalongan merupakan salah satu daerah di Jawa Tengah yang memiliki permasalahan erosi dan sedimentasi. Proses sedimentasi yang terjadi terus menerus akan menyebabkan pendangkalan dan akan mengurangi volume air yang tertampung di muara sungai. Sungai Sragi Baru merupakan salah satu sungai yang membawa sedimen dari hulu ke muara sungai dan menyebabkan terjadinya pendangkalan daerah muara. Sedimen yang masuk ke muara akan terdistribusikan oleh arus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi jenis sebaran ukuran sedimen dasar di muara sungai Sragi Baru, Pekalongan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dan penentuan lokasi pengambilan sampel sedimen menggunakan metode purposive sampling. Pengambilan sampel sedimen menggunakan sedimen grab dan data arus diambil menggunakan ADCP (Acoustic Doppler Current Profiler). Sampel dianalisis menggunakan metode pengayakan dan pemipetan. Pemodelan arus dan gelombang dianalisis melalui pendekatan model hidrodinamika-2D. Hasil penelitian didaptkan bahwa ukuran butir sedimen di muara sungai Sragi Baru berupa pasir, pasir lanau dan lanau. Sebaran sedimen dasar dipengaruhi oleh faktor oseanografi yaitu arus pasang surut dan arus sejajar pantai (longshore current).Kata kunci: Sedimen, Ukuran butir sedimen, Pasang surut, Arus, Muara sungai Sragi Baru Pekalongan is one of the areas in Central Java that has erosion and sedimentation problems. The sedimentation process that occurs continuously will cause siltation and reduce the volume of water stored in the river mouth. The Sragi Baru River is one of the rivers that carries sediment from upstream to the river mouth and causes silting of the estuary area. The sediment that enters the estuary will be distributed by the currents. This study aims to determine the size distribution of bottom sediment types in the estuary of the Sragi Baru River, Pekalongan. The method used in this study is a quantitative method and determining the location of sediment sampling using the purposive sampling method. Sediment sampling used sediment grab and current data was taken using the ADCP (Acoustic Doppler Current Profiler). Samples were analyzed using sieving and pipetting methods. Current and wave modeling are analyzed through a 2D hydrodynamic model approach. The results of the study found that the grain size of the sediment at the mouth of the Sragi Baru river consisted of sand, silt sand, and silt. The distribution of bottom sediments is influenced by oceanographic factors, namely tidal currents and longshore currents.Keywords: Sediment, Sediment grain size, Tides, Current, Sragi Baru river estuary
Analisis Sebaran Suhu Permukaan Laut di Perairan PLTU Tanjung Jati, Jepara (Skenario: Kerusakan Pada Water Treatment) Nikolas Mulyarto; Baskoro Rochaddi; Aris Ismanto
Indonesian Journal of Oceanography Vol 5, No 1 (2023): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijoce.v5i1.15974

Abstract

PLTU Tanjung Jati B Jepara terletak di pantai utara Pulau Jawa dengan menggunakan air laut sebagai pendingin, kemudian membuang air limbah panas menuju laut. Pembuangan air limbah ini telah mengalami proses pendinginan agar air limbah yang keluar memiliki suhu yang mendekati suhu permukaan laut. Apabila terjadi kerusakan pada water treatment dimungkinkan masuknya air limbah yang bersuhu tinggi ke perairan. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi sebaran suhu permukaan laut akibat air limbah panas yang keluar dengan skenario water treatment rusak. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu pemodelan hidrodinamika menggunakan model matematika 2 dimensi. Pemodelan dilakukan pada 4 musim yaitu musim timur, musim perlalihan 2, musim barat, dan musim peralihan 1. Masing-masing dimodelkan dengan 4 fase pasang surut yaitu pasang tertinggi, pasang menuju surut, surut terendah, dan surut menuju pasang. Hasil penelitian menunjukan bahwa pola sebaran panas mengikuti pola arus yang ada dimana pada musim timur dan musim peralihan 2 condong bergerak ke timur sedangkan pada musim barat dan musim peralihan 1 condong bergerak ke barat.Kata kunci: Suhu Permukaan Laut, Pemodelan Numerik, MIKE 21 PLTU (Steam Power Plant) Tanjung Jati B Jepara is located on Java’s northern coast dan operates by taking the water as a cooler dan then transferring its waste heat to the sea. This discharge passes through a cooling process hence the waste’s temperature is conditioned similarly to sea surface temperature. In certain circumstances, it is even possible that the waste heat leaked into the waters because of the water treatment malfunction. To find out the pattern of thermal dispersion, thus we conduct a study. This study aims to predict the distribution of the sea surface temperature dispersion as the effect of waste leaked water due to water treatment malfunction. The research method is hydrodynamic modeling using MIKE 21 software. The modeling is carried out in four seasons, namely Eastern Monsoon, Transition monsoon 2, Western Monsoon, dan Transition monsoon 1. Each of them is modeled by four tidal phases, namely highest tide, ebb tide, lowest tide, dan flood tide. Subsequently the results describe that the pattern of thermal dispersion follows the tidal current, where is the thermal in Eastern Monsoon dan Transition Season 2 tend to flow east whereas in Western Monsoon dan Transition monsoon 1 tend to flow west.Keywords: Sea Surface Temperature, Numerical Modeling, MIKE 21
Pemetaan Wilayah Tangkapan Ikan Menggunakan Parameter Oseanografi di Perairan Kabupaten Batang Kukuh Adhy Prasetya; Muhammad Zainuri; Dwi Haryo Ismunarti
Indonesian Journal of Oceanography Vol 5, No 1 (2023): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijoce.v5i1.15557

Abstract

Perairan pada wilayah Kabupaten Batang dengan panjang garis pantai 12 mil merupakan salah satu sumber penghidupan bagi penduduk yang bermata pencaharian nelayan. Klorofil a menjadi salah satu parameter oseanografi yang penting dalam penentuan wilayah penangkapan ikan. Klorofil merupakan pigmen dari fitoplankton, yang nilainya menunjukkan tingkat kesuburan perairan. Konsentrasi klorofil a yang tinggi menjadi faktor penentu wilayah penangkapan ikan.  Suatu wilayah perairan yang dapat digunakan untuk daerah penangkapan ikan   adalah daerah yang dicirikan dengan tingginya kandungan klorofil-a. Faktor lain untuk menentukan wilayah penangkapan ikan adalah suhu permukaan laut (SPL), dimana SPL berpengaruh terhadap migrasi, distribusi dan keberadaan ikan. Penelitian bertujuan memetakan wilayah penangkapan ikan dengan menggunakan variable klorofil-a dan SPL. Penelitian menggunakan citra Sentinel-3 OLCI lv1 dan SLSTR lv2 yang memiliki resolusi spasial sebesar 300 m x 300 m dan resolusi waktu per jam. Data berupa bulanan pada tahun 2021. Penentuan dearah fishing ground dengan overlay antara citra klorofil- a dan SPL. Pengolahan data menggunakan bantuan program SNAP (Sentinel Applications Platform) 8.0 dengan metode C2RCC (The Case 2 Regional Coast Colour). Hasil pemetaan wilayah potensial tangkapan ikan menunjukkan bulan/waktu dengan daerah potensial terluas terjadi pada bulan Juli dan Agustus, sedangkan paling sedikit terjadi pada bulan Januari dan Pebruari Rata-rata berat hasil tangkapan ikan dari daerah yang diperkirakan potensial lebih besar 121,42 kg dibanding daerah yang diperkirakan tidak potensial.Kata kunci: Klorofil-a, SPL, daerah Tangkapan Ikan, Perairan Kabupaten Batang The waters in the Batang Regency area, with a coastline of 12 miles, are a source of livelihood for residents whose livelihood is fishing. Chlorophyll a is one of the important oceanographic parameters in determining fishing areas. Chlorophyll is a pigment of phytoplankton, whose value indicates the level of water fertility. The high concentration of chlorophyll a is a determining factor for fishing areas. An area of water that can be used for fishing grounds is an area characterized by a high content of chlorophyll-a. Another factor to determine the fishing area is sea surface temperature (SST), where SST affects the migration, distribution and presence of fish. The research aims to map fishing areas using chlorophyll-a and SST variables. This study used Sentinel-3 OLCI LV1 and SLSTR LV2 images which have a spatial resolution of 300 m x 300 m and hourly time resolution. The data is monthly for 2021. Determination of the fishing ground area by overlaying between chlorophyll-a and SST images. Data processing uses the help of the SNAP (Sentinel Applications Platform) 8.0 program with the C2RCC (Case 2 Regional Coast Color) method. The results of the mapping of potential fish catch areas show that the months/times with the largest potential catch areas occurred in July and August, while the fewest occurred in January and February. which is not considered potential.Keywords: Chlorophyll-a, SST, Fishing Ground, Batang Regency Waters
Analisis Kerentanan Pesisir di Kabupaten Kendal Laras Febri Yuliastini; Muhammad Zainuri; Rikha Widiaratih
Indonesian Journal of Oceanography Vol 5, No 1 (2023): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijoce.v5i1.16061

Abstract

Perubahan iklim menyebabkan terjadinya perubahan suhu yang berdampak pada pencairan es di area Antartika dan Artik sehingga terjadi kenaikan muka air laut. Kendal merupakan salah satu daerah di Jawa Tengah bagian utara yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa dan merupakan daerah dataran rendah. Wilayah bagian utara Kendal merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0 – 10 m dpl. Hal ini menyebabkan daerah pesisir menjadi rentan dengan perubahan fisik apabila kenaikan muka air laut terus terjadi. Penelitian ini bertujuan menentukan tingkat kerentanan pesisir di Kabupaten Kendal, yang didetaikan menjadi 7 Kecamatan yang berada di bagian utara Kendal. Kajian kerentanan wilayah pesisir dilakukan dengan metode Coastal Vulnerability Index (CVI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks kerentanan pesisir dan tingkat kerentanan di Kabupaten Kendal antara lain Kecamatan Rowosari 18,52 kerentanan sedang, Kangkung 7,17 kurang rentan, Cepiring 13,89 kerentanan sedang, Patebon 18,52 kerentanan sdang, Kendal 17,93 kerentanan sedang, Brangsong 8,02 kurang rentan, dan Kaliwungu 21,38 kerentanan sedang.Kata kunci: Kerentanan Pesisir, CVI, Kendal Climate change causes changes in temperature which have an impact on melting ice in the Antarctic and Arctic areas, resulting in sea level rise. Kendal is one of the areas in northern Central Java which is directly adjacent to the Java Sea and is a lowland area. The northern part of Kendal is a lowland area with an altitude between 0 – 10 m above sea level. This causes coastal areas to be vulnerable to physical changes if sea level rise continues to occur. This study aims to determine the level of coastal vulnerability in Kendal Regency, which are detailed into 7 Districts in the northern part of Kendal. The coastal area vulnerability study was conducted using the Coastal Vulnerability Index (CVI) method. The results showed that the coastal vulnerability index and the level of vulnerability in Kendal Regency included Rowosari District 18.52 moderate vulnerability, Kangkung 7.17 less vulnerable, Cepiring 13.89 moderate vulnerability, Patebon 18.52 moderate vulnerability, Kendal 17.93 moderate vulnerability, Brangsong 8.02 less vulnerable, and Kaliwungu 21.38 moderate vulnerability.Keywords: Coastal Vulnerability, CVI, Kendal 
Studi Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) dan Seng (Zn) di Perairan Muara Sungai Cisadane Kabupaten Tangerang Fathimah Retno Widhyastuti Silalahi; Muhammad Zainuri; Sri Yulina Wulandari
Indonesian Journal of Oceanography Vol 5, No 1 (2023): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijoce.v5i1.14564

Abstract

Perkembangan industri di Tangerang dan sekitarnya belakangan ini cukup pesat. Peningkatan jumlah industri ini diikuti oleh penambahan jumlah limbah, baik berupa limbah padat, cair maupun gas. Limbah tersebut mengandung bahan kimia yang beracun dan berbahaya (B3) dan masuk ke perairan Teluk Jakarta melalui 13 DAS (Daerah Aliran Sungai) yang bermuara ke perairan ini. Keberadaan logam berat di perairan laut dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain dari kegiatan pertambangan, rumah tangga, limbah pertanian dan buangan industri. Keempat jenis limbah tersebut, limbah yang umumnya paling banyak mengandung logam berat adalah limbah industri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi logam berat timbal (Pb) seng (Zn) terlarut pada perairan Cisadane, Kabupaten Tangerang, Banten. Wilayah kajian dari penelitian ini berletak astronomis pada 5°59'23.25" - 6°1'16.24" LS dan 106°36'43.85" - 106°39'16" BT. Data yang digunakan adalah sampel air laut yang dikolektifkan pada bulan November 2018. Analisis unsur-unsur Pb dan Zn diperoleh dengan mengamati serapan yang maksimum pada panjang gelombang optimum masing-masing unsur pada setiap perubahan laju alir. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebaran konsentrasi timbal terlarut berkisar antara 0,025 mg/L sampai 0,051 mg/L dengan rata-rata konsentrasi timbal di perairan Cisadane yaitu sebesar 0,038 mg/L dan sebaran konsentrasi seng terlarut berkisar 0,014 mg/L sampai 0,097 mg/L dengan rata-rata konsentrasi seng sebesar 0,0456 mg/L.Kata kunci: Logam Berat, Timbal (Pb), Seng (Zn), Muara Sungai Cisadane The industrial development in Tangerang and its surroundings has recently been quite rapid. This increase in the number of industries was followed by an increase in the amount of waste, in the form of solid, liquid and gas waste. The waste contains toxic and hazardous chemicals (B3) and enters the waters of Jakarta Bay through 13 River Watersheds (DAS) which empties into these waters. The presence of heavy metals in marine waters can come from various sources, including mining, household activities, agricultural waste and industrial waste. The four types of waste, the waste that generally contains the most heavy metals is industrial waste. The purpose of this study was to determine the concentration of dissolved heavy metal lead (Pb) zinc (Zn) in the waters of Cisadane, Tangerang Regency, Banten. The study area of this research is located astronomical at (5°59'23.25" - 6°1'16.24") South Latitude and (106°36'43.85" - 106°39'16") East Longitude. The data used are seawater samples collected in November 2018. Analysis of the elements Pb and Zn was obtained by observing the maximum absorption at the optimum wavelength of each element at each change in flow rate. The results of this study indicate that the distribution of dissolved lead concentration ranges from 0.025 mg/L to 0.051 mg/L with an average concentration of lead in Cisadane waters of 0.038 mg/L and the distribution of dissolved zinc concentration from 0.014 mg/L to 0.097 mg/L with an average zinc concentration is 0.0456 mg/L.Keywords: Heavy Metals, Lead (Pb), Zinc (Zn), Cisadane River Estuary

Page 1 of 2 | Total Record : 12